Skip to main content

Mekanisme Reaksi Bersaing SN1 dan E1


Kita telah mempelajari mengenai mekanisme reaksi SN1, SN2 dan E1, E2. Maka kita mengetahui bahwa mekanisme SN1 dan E1 memiliki kemiripan walaupun yang satu substitusi yang satu lagi eliminasi. Karena mereka memiliki kemiripan, maka kemungkinan terjadinya persaingan juga ada. Maka disini akan dijelaskan mengenai Mekanisme Reaksi Bersaing SN1 dan E1. Kita memulainya dari setiap alkil halidanya.

Halida Tersier

Pada halida tersier, substitusi maupun eliminasi dapat bereaksi dengan baik dilihat dari kekuatan nukleofilik. Sedangkan untuk SN1 dan E1 dapat bereaksi dengan halida tersiernya jika mempunyai nukleofilik lemah dan juga mempunyai pelarut yang polar. Hal ini bisa diamati pada contoh dibawah ini :


Halida Sekunder

Pada halida sekunder, substitusi maupun eliminasi dapat bereaksi dengan baik. Baik itu berupa SN1, SN2 maupun E1, dan E2. Namun, kembali lagi kepada kekuatannya apakah itu berupa nukleofilik atau sebagai basa. Hal ini bisa diamati pada contoh dibawah ini :


Dari sini dapat kita lihat bahwa dengan menggunakan nukleofili yang lemah lebih banyak menghasilkan substitusi daripada eliminasi.


Halida Primer

Pada halida primer ini, untuk mekanisme SN1 dan E1 tidak terjadi. Yang terjadi adalah SN2 dan E2. Sehingga pada alkil halida ini hanya memungkinkan terjadinya reaksi bersaing SN2 dan E2.


Permasalahan :
1.    Mengapa pada halida primer mekanisme SN1 dan E1 tidak terjadi?
2.   Mengapa pada halida tersier reaksi SN1 dan E1  menggunakan nukleofili yang lemah dan menggunakan pelarut yang polar?
3.   Bagaimana kondisi antara reaksi substitusi dan reaksi eliminasi pada reaksi bersaing saat substrat sekunder ?
Mohon bantuannya :)


Comments

  1. Nama ALFU LAILA ARIYANTIU
    NIM: A1C117022
    baiklah disini saya akan mencoba membantu permasalahan saudari may no 3.
    Bagaimana kondisi antara reaksi substitusi dan reaksi eliminasi saat dikatakan reaksi bersaing?
    substrat sekunder akan terjadi reaksi substitusi dan eliminasi jika jumlah relatif dari dua produk tersebut bergantung pada kekuatan basa dan kekuatan ukleofilik.

    semoga membantu :)

    ReplyDelete
  2. Halo, saudari Siti May Saroh. Terima kasih atas ulasan menariknya. Di sini, saya Salsa Billa Aprianti dengan NIM A1C117052 akan membantu menjawab permasalahan nomor 2.

    Karena, jika nukleofilik yang digunakan berjenis kuat atau kepolarannya yang kurang, maka yang terjadi adalah reaksi eliminasi E2.

    Semoga membantu, ya!

    ReplyDelete
  3. Haii may..
    Saya Liveya parandika dengan Nim A1C117014 akan mencoba menjawab permasalahan no.1
    Menurut saya karena ionisasinya itu berubah menjadi Karbokation primer. Dimana Karbokation primer ini adalah langkah pertama untuk mekanisme sn1 dan e1 tidak terjadi.
    Terimakasih

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Karakteristik Senyawa Organik Bahan Alam (Bagian 2)

Kemarin telah dibahas mengenai karakteristik senyawa kimia bahan alam yang dimana dijelaskan mengenai strukturnya. Nah sekarang kita masih mempelajari mengenai karakteristik senyawa kimia bahan alam juga tetapi dengan tema yang berbeda. Yaitu akan dibahas mengenai turunan – turunannya khususnya pada metabolit sekunder. Sebelum dijelaskan lebih lanjut, akan dijelaskan kembali apa itu metabolit sekunder. Metabolit sekunder adalah produk sampingan dari proses metabolisme semacam alkaloida, steroida/terpenoida, flavonoida, fenolik, kumarin, kuinon, saponin, tannin dan sebagainya. Gunanya kita mensintesis ulang senyawa – senyawa metabolit sekunder yaitu agar dapat menghasilkan senyawa yang baru lagi, yang mempunyai peranan lebih bagus lagi, durasi kerja yang lebih lama lagi, serta tingkat keamanan yang lebih tinggi atau membuat efek sampingya lebih rendah lagi.         Cara mensintesis kembali senyawa – senyawa tersebut  agar menjadi senyawa y...

Prinsip - Prinsip Sintesis Senyawa Organik (Bagian 2)

Kali ini kita masih membahas mengenai prinsip – prinsip dalam sintesis senyawa organik. Namun, kali ini yang membedakannya yaitu kita membahas mengenai contoh senyawa dari  golongan alkaloid yang terfokus pada retrosintesisnya. Dimana disini diambil contoh dari suatu senyawa alkaloid yaitu aporphine. Retrosintesis analisis itu sendiri merupakan kebalikan dari sintesis. Yaitu suatu proses pemutusan senyawa menjadi senyawa yang yang lebih sederhana sebagai modal awal yang berasal dari diskoneksi atau FGI. Ada 2 tahap prosesnya yaitu 1.    Tahap analisis Tahap analisis ini memiliki langkah yaitu: a.    Pilihlah target molekul yang sesuai untuk diretrosintesis. b.   Identifikasi FGI nya atau ikatan ikatan yang menarik pada molekul itu c.    Dilakukan diskoneksi secara tepat untuk menghasilkan senyawa yang lebih sederhana dan tepat d.   Lakukan diskoneksi lagi untuk mendapatkan bahan awal untuk retrosintesis e.    Jang...

Konformasi Struktur dan Stereokimia Lanjut Persenyawaan Kimia Organik

Pada blog kali ini, akan membahas mengenai konformasi struktur dan stereokimia lanjut persenyawaan kimia organik. Sebelum memasuki materi lebih dalam, akan dijelaskan apa itu konformasi struktur dan stereokimia. Konformasi atau kata lainnya rotamer yaitu suatu stereoisomer yang bisa diubah lewat rotasi untuk yang berikatan tunggal saja. Nah stereoisomer sendiri adalah suatu senyawa yang dimana senyawa ini mempunyai rumus kimianya yang sama dengan senyawa yang lain tetapi mereka ada perbedaan yang terletak dalam ruang susunan atomnya.  Stereoisomer berbeda juga dengan stereokimia. Stereokimia adalah sebuah ilmu yang membahas suatu senyawa yang memiliki ruang atau yang memiliki struktur tiga dimensi. Walaupun stereokimia dan streoisomer berbeda mereka saling berkaitan satu sama lain. Stereoisomer ini memiliki dua macam isomer, yaitu isomer geometri dan isomer konfigurasi .   Selain kedua stereoisomer ini, ditemukan satu isomer lain yang bukan jenis isomer struktur....